MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Jumat, 27 Mei 2016

Ber-'Hijrah' Apa Perlu Hidayah?


Kali ini, saya tidak akan membahas travelling atau trip saya ke tempat indah di Indonesia. Akan tetapi, tentang travelling terdalam pada diri saya sendiri. Perlu kau ketahui Bung, definisi travelling atau perjalanan itu sangat luas.

Hijab. Satu kata, berjuta makna. Di agamaku, hijab atau kerudung merupakan suatu kewajiban bagi seorang wanita. Fungsinya sudah jelas untuk menutupi aurat. Saya sungguh sudah tau hal tersebut dari dulu, dari SMA. Tetapi, mungkin saat itu hati saya belum tergerak mengenakan apa yang namanya kerudung. Saat itu, saya punya alasan tersendiri mengapa belum juga memakai kerudung. Bagiku, kerudung dan amal ibadah tidak ada korelasi nya. Ibadah seseorang tidak bisa hanya dilihat dari luarnya saja, nilai suatu ibadah hanya bisa Allah SWT yang menilai. Bukan manusia dengan mata nya, lewat kerudung yang dipakai. Stigma pemikiran tersebut terus berkembang sampai beberapa tahun terakhir.

Teman teman terdekat saya lambat laun sudah mulai memakai kerudung. Bahkan salah satu temanku yang sangat tomboy. Lalu, selalu ku tanyakan alasannya karena apa atau mendapatkan hidayah seperti apa. Karena sungguh menggelitik pikiran ku, "Masa untuk mengenakan kerudung harus mendapatkan hidayah terlebih dahulu? Sebenarnya hidayah tuh apa sih? Kira-kira hidayah yang akan datang kepada saya seperti apa ya?" Satu yang saya tau saat itu, hidayah itu seperti film film yang ada di televisi, azab yang didapat ketika seseorang akan dan sudah meninggal karena perilaku yang dilakukan selama hidupnya. Dikemas dengan begitu menakutkan. Banyaklah saya bertanya tentang kerudung dan hubungannya dengan ibadah, tentang hidayah, beradu argumen sambil membawa satu prinsip saya yang dulu itu, bahkan sampai kepada dosen pembimbing skripsi saya. Hal tersebut saya lakukan, karena saya penasaran dan belum mendapatkan jawaban yang saya inginkan. Lalu salah satu temanku mengatakan bahwa hidayah itu bukan ditunggu tetapi dicari.

Sekitar satu tahun yang lalu, saya belum juga menemukan jawaban yang pas untuk memakai kerudung. Pernah ku tanya pada Ibu ku dan Mamah ku kapan mereka mulai memakai kerudung, dan mereka kompak memakai kerudung setelah menikah. Mereka juga tidak pernah memaksa saya memakai kerudung. Bapak ku sempat menanyakan kapan aku memakai kerudung, katanya aku akan terlihat makin cantik setelah memakai kerudung. Lalu ku jawab pada Bapak ku, jawaban akbar bagi mereka yang belum memakai kerudung seperti saya yaitu "belum siap, lagi meng-hijabkan hati terlebih dahulu". Lagian, saya juga tidak mau memakai kerudung hanya ingin terlihat lebih cantik dan modis seperti para hijaber disana. Itu alasan yang cukup dangkal, bagiku kerudung atau hijab memiliki nilai spiritual tersendiri dengan Tuhan. Dan hanya ingin terlihat 'lebih cantik' belum cukup dijadikan alasan bagiku untuk segera memakai kerudung. Ketika someday, saya akhirnya memutuskan untuk memakai kerudung, itu karena keputusan yang saya buat sendiri dengan berbagai alasan yang cukup kuat. Dan yang pasti, saya sudah menemukan jawaban yang saya inginkan. Bukan karena suruhan, paksaan apalagi mengikuti trend. 

15 Februari 2016

Setelah solat dhuha, saya menghampiri kaca. Memandangi wajah sendiri sambil tersenyum manis dengan niat, saya ingin mengenakan kerudung dimulai dari hari ini sampai selamanya. Bismillah.....

Hari itu, hari pertama saya di dalam hidupku untuk memakai kerudung dengan niat karena Allah SWT dan dipakai selamanya, InsyaAllah. Cukup kerepotan, mungkin karena belum terbiasa dan kerudung saya selalu berantakan. Proses yang berhasil menggelitik perasaan sendiri hehe. Sebelumnya, saya menyampaikan niat saya untuk mengenakan kerudung kepada Ibu dan Mamah ku. Mereka tentunya senang dan sangat mendukung. Terutama Mamah ku, reaksi pertamanya ialah memeluk ku, katanya terharu. Mamahku lebay! :p

Sudah ku niatkan sejak lama, ingin mengenakan kerudung sebelum hari ulang tahun ku yang ke 23. Hari ulang tahunku tanggal 17 Februari. Saya ingin ada perubahan positif dalam diri saya, seiring bertambahnya umur saya. Banyak teman teman kampus yang kaget dan heboh atas keputusan saya ber-hijrah. Saat itu, saya masih dalam proses belajar bahasa inggris dan belajar kehidupan di Pare. Teman-temanku yang di Bandung mengatakan, bahwa Pare telah berhasil memberikan hidayah kepada saya. Bukan hanya mereka, teman teman baru ku di Pare tidak kalah kaget dengan perubahan penampilan saya.

Dan 1000% teman teman dan keluarga sangat setuju atas keputusan saya ber-hijrah. Mereka ikut senang dan mendukung. Bentuk dukungan mereka sangat lucu, teman teman camp saya di Pare langsung memberikan tutorial hijab gratis kepadaku bahkan sampai memberikan kerudung milik pribadinya tanpa ku minta. Tentu berbeda dengan reaksi teman temanku yang laki laki disana, "permanently or temporarily?" Itu adalah kalimat pertama yang dilontarkan salah satu temanku ketika untuk pertama kalinya melihat saya berkerudung. Cukup bikin kezel sih, masa saya mengenakan kerudung hanya untuk main main? Ada lagi nih yang saking pedulinya, dia selalu komen atas tidak rapih nya kerudung yang sedang saya pakai. Dikomen sama temen laki-laki rasanya.......

Bahkan sampai ada yang mengancam, katanya kalo nanti dia melihat saya upload foto tidak memakai kerudung, dia akan menjadi orang pertama yang mengingatkan saya untuk kembali ke jalan yang benar. Hahaha lucunya ya mereka semua? Intinya, orang orang di sekitar saya sangat mendukung salah satu aksi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun mereka menduga bahwa saya memakai kerudung hanya sementara. Apa mungkin saya seperti belum pantas mengenakan kerudung, ya? Sampai salah satu mentor ku di camp menanyakan, setelah saya pulang ke Bandung apakah kerudung ini masih akan saya pakai? Saya merasa tidak perlu menjawab semua pertanyaan pertanyaan itu, karena saya memakai kerudung bukan untuk menyenangkan orang-orang sekitar apalagi ingin terlihat alim, sungguh saya masih sangat belajar untuk menjadi seorang muslimah yang baik. Untuk masalah hijrah ini, biarlah menjadi urusan dan janji vertikal saya dengan Allah SWT. Dan saya juga tidak perlu mendapat persetujuan dari siapapun atas keputusan yang sudah saya ambil ini.

Asumsi dari mereka semua memang tidak patut disalahkan, karena setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya masing-masing. Tapi, apakah kamu tau apa jawaban yang akhirnya bisa merubah prinsip saya sebelumnya? Idealis saya yang tebal itu diruntuhkan oleh satu hal yang simpel. Jujur saja, setelah saya memutuskan memakai kerudung, saya belum mendapatkan 'hidayah' yang dimaksud orang-orang yang sudah hijrah terlebih dahulu. Hampir satu tahun saya mencari hidayah, dan cukup membingungkan. Setelah membaca beberapa artikel dan berbincang dengan beberapa orang, lalu muncul lah  perasaan dan pikiran yang  berbeda. Saya ingat sebuah kalimat, "memakai kerudung adalah kewajiban, sama seperti solat 5 waktu". Rasanya saya seperti orang takabur dan kufur nikmat. Sungguh malu rasanya, ketika menyadari begitu banyak nikmat, kebahagiaan, berkah dan segala kelancaran yang Allah kasih selama ini kepada saya. Dan untuk menjalankan satu kewajiban, HANYA SATU kewajiban yang jelas jelas sudah Allah SWT perintahkan saja, saya masih harus mencari-cari jawaban selama kurang lebih satu tahun. Masih harus mencari 'pembenaran yang lain' yang sebenarnya memang sudah benar dan ada suruhannya di Al-Qur'an. Seperti makhluk yang tidak tau diri, bukan? Sampai hari ini saya tidak tau, apa perasaan dan pikiran yang tiba-tiba muncul seperti itu bisa disebut sebagai 'hidayah' seperti kata orang orang?

Se-simpel itu yang akhirnya bisa menggugah hati saya untuk mengambil suatu keputusan terbesar dalam hidup saya. Dan satu lagi, saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Memantaskan diri untuk segala mimpi mimpi besar saya yang ada di depan mata, memantaskan diri untuk meminta kepada Allah SWT, bahkan memantaskan diri untuk calon Imam ku kelak. Sangatlah tidak mungkin, ketika saya menginginkan sesuatu yang baik tapi saya tidak berusaha untuk menjadi lebih baik. Ketika saya menginginkan untuk keliling Indonesia, sangatlah tidak mungkin akan tercapai apabila saya hanya duduk manis sambil memandang peta Indonesia yang besar yang ada di kamar. Dan untuk mendapatkan Imam yang baik, saya juga perlu memantaskan diri untuk dia kelak :)

Saya sempat terlena, banyak meminta hal hal besar kepada Allah tanpa berpikir sebelumnya apakah saya sudah layak untuk mendapatkan itu semua? Makannya saya selalu ingin menjadi orang yang lebih baik dan memantaskan diri untuk mendapatkan segala anugerah luar biasa kelak. Yang baik selalu mendapatkan yang baik, InsyaAllah janji Allah tidak pernah ingkar.

Setelah mengenakan kerudung, saya merasa lebih dekat dengan Allah SWT, merasa lebih aman dan merasa lebih dihormati serta di segani. Dan yang pasti lebih mawas diri dalam bertindak. Rasanya kerudung seperti kaca yang berada di sebuah tikungan jalan, agar saya bisa lebih hati-hati dalam melangkah, jangan sampai salah langkah. Lebih semangat juga untuk belajar lebih dalam tentang agama.

Hari ini, sudah 3 bulan lebih saya memakai kerudung. Banyak yang saya pelajari. Terlebih dengan segala perdebatan dan perasaan yang ada pada diri sendiri. Belajar sabar dan ikhlas menunggu sesuatu yang sangat di inginkan. Belajar lebih tenang dalam bersikap atau mengatasi suatu masalah. Menyadari bahwa mencari uang itu tidak mudah. Belajar mengambil keputusan sendiri dengan cepat dan siap menerima segala resiko nya. Dan menyadari bahwa saya tidak akan pernah bisa menuntut dunia mengikuti apa mau saya. Temanku bilang "Percayalah bahwa hidup ini bukan hanya tentang TUJUAN yang ingin kita capai semata, selalu ada suatu hal besar yang bisa kamu ambil". Dan dalam proses 'hijrah' saya ini, sungguh saya sudah menerima banyak hal hal besar yang saya jadikan pembelajaran. Bagaimana dengan hijrah mu, kawan?

Ditulis pada hari Jum'at setelah membaca Surat Al Kahfi. Satu satu nya surat yang di turunkan di Makkah dan disaksikan oleh beribu malaikat di atas langit, berisikan tentang cerita ilmu, harta, tahta yang tidak akan lengkap tanpa dilengkapi oleh Iman. Barang siapa yang membacanya dimulai dari matahari terbenam pada hari Kamis, sampai matahari terbenam pada hari Jum'at, maka akan diampuni dosa sampai Jum'at berikutnya dan akan diberikan cahaya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jum'at berkah, doakan semoga saya selalu istiqomah begitu juga dengamu :)


Bandung, 27 Mei 2016

Read More

Selasa, 17 Mei 2016

Selamat Ulang Tahun, Pak!


Hari ini tanggal 17 Mei tepat hari ulang tahun Bapakku yang ke 60 tahun. Pria terhebat pertama yang ku kenal di dunia ini. Pria penyayang keluarga dan selalu memprioritaskan keluarga dalam kondisi apapun. Jadi flashback masa kecilku dulu, betapa aku sangat merepotkan beliau. Pernah dalam satu waktu, ketika aku sakit panas tinggi, aku digendong Bapakku sampai ke dokter. Anehnya momen itu masih sangat kuingat jelas. Pelukan hangat penuh kasih sayang masih bisa kurasakan. 

Bagiku, bapakku adalah pelindung terbaik sepanjang hidupku. Meski kadang terlalu posesif, tapi itu adalah bukti sayangnya padaku dan khawatir akan kemanan-ku. Tapi di sisi lain, bapakku selalu mengajarkan untuk menjadi wanita mandiri. Selagi bisa sendiri ya jangan sampai merepotkan orang lain. Saat SMA, setiap ada lelaki yang mengantarku sampai ke rumah karena sudah terlalu malam (apapun statusnya) selalu ku bilang mereka adalah teman baik. Dan Bapakku setuju. Katanya aku dilarang pacaran sampai aku selesai sekolah dan kuliah. Dan Bapakku ternyata pria yang memegang omongannya, buktinya setelah aku di wisuda, Bapakku langsung menanyakan "sudah punya pacar belum?" sontak aku kaget medengar pertanyaannya. Bapakku lucu ya?

Paling lucu lagi ketika aku akan wisuda. Bapak-ku dari jauh jauh hari sibuk memilih warna dasi yang pas untuk kemeja dan jas-nya. Katanya, wisuda adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh beliau. Menjadi kebanggaan tersendiri melihat anaknya sarjana. Dan akan segera dipamerkan ke teman temannya. Makannya foto profil di akun facebooknya yaitu foto denganku saat wisuda, yang belum juga diganti sampai saat ini.

Kalo boleh memilih, aku ingin berjodoh dengan pria seperti Bapakku. Sangat menyayangi Ibuku, perhatian dan selalu romantis meski usia mereka sudah lanjut. Kata Bapakku lagi lagi tentang suami katanya "Kalo kamu punya pacar harus dikenalin dulu sama Bapak, biar Bapak seleksi dulu orangnya baik atau engga" Bahkan sampai usia ku 23 tahun ini, Bapakku masih tetep kepo tentangku dan masih menganggap aku putri kecilnya yang dulu.

Siapapun di dunia ini, memang tidak bisa memilih kapan dia lahir dan dengan siapa atau keluarga mana dia dilahirkan. Aku pun sama. Garis kehidupan yang sudah ditakdirkan olehku. Mempunyai dua pasang orang tua yang sudah kusadari saat aku masih berusia 7 tahun. Tidak mudah ternyata. Dan tidak normal atau sulit dimengerti oleh teman teman sebayaku saat itu. Tetapi sungguh aku bersyukur atas segalanya, ya Tuhan. Aku sayang mereka ber-empat sama rata tanpa ada pengecualian. Aku sayang mereka ber-empat dan bercita-cita ingin membawa mereka ke Tanah Suci tanpa ada yang kurang sedikitpun. Dan hari ini, salah satu dari mereka ber-empat berulang tahun.

Selamat ulang tahun Pak! 60 tahun, umur-mu sudah tak lagi muda, sering kulihat kau sakit kepala karena penyakit kolesterol-mu sedang kambuh. Maka ya Tuhan, izinkan aku untuk segera menjadi anak yang selalu membanggakan orang tuanya, berikan waktu agar Bapakku bisa melihatku mandiri secara apapun, melihatku sukses meraih segala impiannya, melihatku berhasil membawa nya ke Tanah Suci, melihatku menikah dan melihatku punya anak serta bahagia dengan keluarga kecil-ku nanti. Aamiin Allahumma aamiin.

Selamat ulang tahun Bapakku tersayang. Maaf, aku masih belum bisa membanggakan-mu. Terimakasih, terimakasih dan terimakasih sudah berkorban, menjaga dan mendidik-ku serta terus memberikan kasih sayang yang tulus kepadaku bahkan sampai hari ini. Meski kita sama sama tau, bahwa itu semua sebenarnya bukan kewajiban dan tanggung jawabmu. Aku sayang Bapak dari hati terdalam. 


Salam dari anakmu yang belum sempat bertatap muka langsung.

Bandung, 17 Mei 2016

Read More

Senin, 09 Mei 2016

Sawarna, Sederhana Namun Mempesona!

 

Ketika angin laut menyapa lembut di wajah, deburan ombak yang bikin tenang di jiwa atau udara yang dihirup tidak seperti biasa karena ada sedikit kadar garam disana. Langit yang biru, laut yang bersih dan putihnya pasir selalu menjadi perpaduan yang manis. Sederhana namun mempesona. Semua ber-harmoni menjadi satu. Berujung pada satu kata, syukur! Aku tidak habis pikir, hal apa yang berhasil memberhentikanku untuk tidak jatuh cinta dengannya. Ah pantai, tetap selalu menggodaku untuk datang kesana, lagi dan lagi. 

Kali ini pantai yang aku datangi bernama SAWARNA. Surga tersembunyi di ujung selatan Banten yang berbatasan langsung dengan Sukabumi. Katanya, pantai ini pertama kali ditemukan oleh orang bule yang suka ber-selancar. Tidak heran, ombak disana cukup besar. Lalu pada tahun 2013 ditetapkan sebagai objek wisata. Masih cukup baru, pantai ini disebut sebagai destinasi wajib buat kamu yang pengen mengasingkan diri dari hiruk pikuk kota. Butuh perjuangan dalam perjalanan menuju sana, tapi hasilnya worth it dan tidak mengecewakan. Kira-kira 7-8 jam waktu perjalanan ditempuh dari Bogor menggunakan mobil. Di sepanjang perjalanan, kamu akan disuguhkan pemandangan laut yang cantik dari atas bukit. Kamu bisa datang dari Sukabumi atau langsung ke arah selatan Banten. Sawarna ini merupakan nama desa yang terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Jangan harap ada kendaraan umum menuju sana, swalayan pun jaraknya cukup jauh dan hanya terdapat dua.

Sederhana namun mempesona! Kalimat yang menggambarkan Sawarna. Belum ada home stay mewah, hotel bintang lima atau restoran mahal disana. Pasokan listrik pun masih harus didukung oleh jenset. Namun jangan khawatir, rumah warga bisa dijadikan pilihan. Ada pula, penyewaan rumah atau losmen yang harganya cukup ramah di kantong. Saranku, jika ingin ke Sawarna ada baiknya menginap satu malam. Mengingat akses dan jarak yang cukup jauh nan panjang. Kalau mau pesan makanan tidak bisa mendadak, karena perlu persiapan apalagi jarak ke Pasar cukup jauh. Kesederhanaan ini yang membuat Sawarna mempesona, menurutku.

Untuk yang bawa kendaraan pribadi, disana di sediakan lapangan yang cukup luas untuk parkir. Harga parkirnya Rp 25.000,- Kamu tidak bisa memarkirkan mobil tepat di depan home stay, karena kamu harus melewati jembatan yang panjangnya 20-30 meter dan hanya bisa dilalui satu motor. Cukup menegangkan, mengetahui jembatan ini masih cukup tradisional tanpa beton. Atau, kamu bisa memilih naik ojek menuju tempat wisata yang kamu ingin. Ada banyak destinasi disana, dan yang paling terkenal di Sawarna ialah Pantai Tanjung Layar dengan dua batu besar sebagai ikon-nya. Harga ojek di bandrol Rp 10.000,- per orang. Cukup murah kan?

Pantai indah nan cantik ini sangat disayangkan jika dihabiskan untuk main gadget, upload foto atau check in path. Setiap ke pantai atau travelling ke suatu tempat, aku selalu memberikan waktu sendiri untuk ber-kontemplasi sambil ber-mesraan dengan alam. Rasanya luar biasa! Setelah itu, kebiasaanku selanjutnya yaitu mendengarkan lagu favorit yang santai tanpa galau pake headset sambil ditemani secangkir kopi. Kali ini, lagu Payung Teduh - Cerita Tentang Gunung dan Laut ada di playlist.

Aku berharap, Sawarna tetap sederhanan dengan apa adanya disana. Namun yang aku takutkan, makin banyak orang berwisata kesana dan makin banyak pula sampah yang ditinggalkan. Semoga saja tidak. Selamat ber-kontemplasi di Sawarna yang sederhanan, namun mempesona :)


Pantai Pasir Putih


 Lagi belajar potret, fokus!


Tebak, sunrise atau sunset? :)

Pantai Tanjung Layar, paling hits di Sawarna


Destinasi cantik di Sawarna


Recommend buat nge-camp disana

Read More

Minggu, 08 Mei 2016

Sabtu Bersama Bapak


Yang suka baca novel pasti gak asing dong sama buku Sabtu Bersama Bapak ini? Buku karya Aditya Mulya ini berhasil aku baca dalam satu hari. Kurang lebih ada 230 halaman dan kalimatnya enak di baca *yakali makanan enak hahaha*, mudah dipahami dan yang paling penting MEANINGFUL.

Sebenernya udah tau buku ini dari lama, suka liat liat juga di Gramed. Tapi ya karena pandangan di awal kurang suka baca novel, jadinya ga terlalu tertarik hehe. Tapi you know what? Buku ini berhasil ada di halaman blog aku yang menandakan bahwa aku tertarik dengan buku ini. Bukunya keren dan kece parah! Serius!

Alur cerita yang maju-mundur perlu konsentrasi khusus pas lagi baca. Susunan kata Aditya Mulya yang mudah dipahami dan sepaket dengan pesan dalam menjalani kehidupan, tak lupa dibungkus dengan 'kelucuan tidak mainstream' yang berhasil buat ngakak adalah poin plus plus banget. Buku ini menceritakan tentang seorang Bapak yang bikin video untuk kedua anaknya sebelum meninggal karena sudah divonis kanker. Kedua anak itu bernama Satya dan Saka. Video itu berisi tentang segala pengalaman beserta nasehat dari seorang Bapak ke anaknya, dimana yang di setiap kasetnya ada judul masing masing beserta waktu yang tepat kapan video ini dapat dilihat oleh kedua anak laki-lakinya itu.

Sabtu adalah hari yang paling tepat bagi Satya dan Saka untuk menonton video. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan hari Sabtu berkumpul di ruang keluarga untuk menonton video  bapak bersama Ibunya. Kekeluargaan di buku ini feel nya dapet banget. Realistis juga alias seperti kejadian sehari-hari. Kesannya seperti apa adanya tanpa dibuat buat. Pokoknya ceritanya seruuuuu! Bisa dibaca oleh calon bapak, seorang bapak, seorang ibu, calon ibu, orangtua, seorang laki-laki bahkan wanita kaya aku ini. Aditya Mulya berhasil membuat tulisan yang bisa dibaca oleh segala kalangan *berguru nulis dong mas Adit......

Ada satu pesan yang saya dapet dari buku ini yaitu salah satunya tentang pernikahan *sumfah ga maksud kode apalagi pengen keliatan ngebet nikah loh ini bahwa didalam bukunya, Aditya Mulya berpandangan bahwa menikah itu butuh perencanaan. Apalagi bagi seorang pria, bener bener menyiapkan dan merencanakan secara lahir batin ketika memutuskan untuk menjadi seorang kepala keluarga. Dan menikah bukan hanya menikah, ada yang lebih dalam dan sakral didalamnya. 

Ibu : "Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat."
Saka : "Iya sih. Tapi Mah, suami yang baik 
tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat."

Ada lagi, bukan hanya tentang pernikahan. Saat menjalin hubungan serius juga, ketika ada yang bilang 'saling melengkapi' kepada pasangannya dan saya setuju mengganti katanya menjadi 'saling menguatkan'. Ada satu quote yang saya suka :

"Membangun suatu hubungan itu butuh dua orang yang solid. 
Yang sama sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. 
Karena untuk menjadi kuat, 
adalah tanggung jawab masing-masing orang. 
Bukan tanggung jawab orang lain"


Ah lagi lagi aku setuju! Terus belajar, terus memperbaiki diri tanpa batas usia ataupun waktu. Buat yang sudah memiliki pasangan: Stop untuk menuntut pasangan ini-itu tanpa intropeksi diri apa yang sudah kamu perbaiki. Dan buat yang masih jomblo: Daripada sibuk mencari siapa dan dimana jodohnya, lebih baik sibuk memantaskan dan memperbaiki diri buat dia. Dan tak lupa, selalu sebut dalam doa. 

Dan terakhir nih, buku ini juga mengangkat tentang kesederhanaan. Ada quote yang lagi lagi aku demen :

"Harga diri kita tidak datang dari barang yang kita pakai. 
Tidak datang dari barang yang kita punya. 
Harga diri kita datang dari dalam hati, dan berdampak ke luar"


Buku ini juga akan difilmkan dan sebentar lagi tayang.

Selamat membaca!
Ah semoga calon pria idaman-ku disana sudah baca buku ini hehe :p

Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.